SEJARAH PRAMUKA INDONESIA PADA MASA SIAGA

SEJARAH PRAMUKA INDONESIA PADA MASA SIAGA

Budi Utomo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908, ini merupakan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia. Pada saat itu bangsa Indonesia menyingsingkan bajunya menSIAGAkan tekadnya untuk berjuang agar tercapai kemerdekaan bangsanya. Budi Utomo memberikan motivasi kepada pemuda Indonesia supaya bangkit dari keterpurukan yang menyengsarakan rakyat Indonesia akibat penjajahan bangsa asing, serta memberikan semangat berjuang untuk melawan penjajah dengan cara nonfisik.
Pada saat pengaruh Budi Utomo sedang berkobar, kemudian Belanda mendirikan Nederlands Padvinders Organisatie (NPO) oleh P.Y. Smits dan Majoor
de Yager di Jakarta pada tahun 1912 yang diperuntukan untuk para remaja dan pemuda Belanda dan berkembang pesat. Cabang NPO di beri wewenang oleh Kwartir besarnya yang berada di Netherland untuk menjadi organisasi baru bernama Netherlands Indische Padvinders Vereeniging ( NIPV ). Organisasi ini hanya diperuntukan untuk pemuda Indonesia tertentu saja, tidak untuk semua pemuda Indonesia. Para pemuda Indonesia yang ingin berjuang untuk kemerdekaan menilai organisasi ini untuk pribumi merupakan alat yang ampuh untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia.
Javaanse Padvinders Organisatie” (JPO) merupakan organisasi kepanduan nasional pertama yang ada di Indonesia yang diprakarsai oleh S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916 di Surakarta. Kemudian muncul lagi organisasi “Teruna Kembang”  di daerah kesunanan yang dipimpin oleh Suryobroto. Selanjutnya pada tahun 1918 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan “Padvinders Muhammadiyah” di Yogyakarta yang pada tahun 1920 diganti dengan nama “Hizbul Wathon” atau disingkat H.W. Kemudian disusul organisasi Wira Tamtama yang merupakan
kepanduan dari Sarikat Islam yang prakarsai oleh  A. Zarkasi. PKI juga mempunyai organisasi kepanduan seperti Sarikat Rakyat yang dipimpin oleh Sujar.
Budi Utomo mendirikan “Nationale Padvinders” pada tahun 1921 yang dipimpin oleh Daslam Adi Warsito. Semenjak itu organisasi kepanduan di Indonesia sangat pesat dan jumlahnya semakin bertambah. Pada tahun 1921 tepatnya pada bulan juli didirikan Padvinderij yang merupakan Jong Java cabang Mataram/Yogyakarta atas usul Roestiman dan Soebiono, yang mana dipimpin oleh Ir. Soepardi. Pasukan Padvinder dari Jong Java menjadi pasukan Jpng Java Padvinderij pertama yang di pimpin oleh Prof. Dr. Soeripto, Soeratno Sastoamidjojo, Roetiman dan Soebiono, semasa masih menjadi siswa AMS dan PJS (Prinses Juliana School). Bendera pasukannya berwarna merah putih dan kacu lehernya warnanya merah putih juga.
Pada tahun 1922 diadakan kongres Jong Java V di Sala, yang mengambil keputusan memasukan Padvinderij dalam gerakan pemuda Jong Java, yang diberi nama “Jong Java Padvinderij” disingkat JJP. Pemimpin anggota JJP yang pertama adalah mereka yang pernah menjadi anggota NIPV, antara lain dr. Moewardi yang semasa mahasiswa menjadi Assistent Troep leider  NIPV. Pasukan JJP ini selanjutnya disatukan menjadi organisasi Padvinderij nasional dan pusatnya di Jakarta, dan dipimpin oleh dr Moewardi, Soeratno Sastromidjojo dan Soegandi.
Tahun 1928 anggota PPJ yang semula hanya untuk murid sekolah menengah dan mahasiswa kemudian ditambah lagi bagi kalangan anak-anak serta para pemuda Indonesia, selain itu juga nama JJP diganti dengan “Pandu Kebangsaan” atau disingkat PK. Pada tahun 1927 yang awalnya hanya untuk pandu putra kemudian didirikan pandu putri yang dipimpin oleh Ibu Soemarni yang merupakan istri dari Mohani prasetio Winoto. Pada awal tahun 1923, Cabang Jong Java Bandung membentuk panitia  antara lain Tabrani sebagai anggota, Oto Soebrata, Safioedin Soemardjo dan Soedani sebagai anggota luar biasa untuk mendirikan Padvinderij.
Dua pendapat dari panitia tersebut diantaranya:
1.      Oto Soebrata dengan pasukannya dari Mosvia Bandung berpendapat untuk mempelajari Padvinderij sedalam-dalamnya dengan menggabung pada NIPV.
2. Empat anggota panitia lainnya lebih setuju berusaha mempersatukan seluruh Padvinderij putra Indonesia yang ada dulu, dan minta pengesahan sebagai anggota
dari World Scout Association (WOSM) yang sekarang kita kenal dengan nama Organisasi Pandu Putra Dunia. Akhirnya semua panitia sepakat membentuk suatu organisasi  yang dinamakan “Nationale Padvinder Organisatie” (NPO), yang dipimpin oleh Safioedin Soerjodiputro. NPO bermaksud untuk menyatukan padvinderij-Padvinderij yang ada di Indonesia, tetapi sampai perang dunia kedua belum juga menyatukan padvinderij (Kepanduan) di Indonesia, Bahkan masing-masing Padvinderij (Kepanduan) terpisah dimana-mana.
Pada Tahun 1925 kepengurusan diserahkan kepada para Sardjana yang berpandangan politik non kooperator dan kesatuan seluruh Indonesia, dengan harapan cita-cita NPO cepat tercapai. Adapun ketua NPO adalah Ir. Soekarno sedangkan sekretarisnya adalah Mr. Soenarjo.
Sebagian dari anggota NPO seperti Soediani, Soemardjo, Abdul Muhni, Ibu Ayati dan Ibu Emma Puradiredja mendirikan organisasi baru yaitu dengan nama “Jong Indonesisch Pavinders Organisatie” (JIPO). Pada tahun 1928 NPO dan JIPO bergabung menjadi “Indonesisch Nationale Pavinders Organisatie” (INPO) yang dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Mr. Soenardjo. Sebagian anggota JIPO yang tidak mau bergabung dengan INPO membentuk organisai baru lagi dengan nama  “Pandu Indonesia” (PI), dibawah pimpinan Soemardjo dan Soedani.
Tahun 1926 Wira Tamtama, yang sudah lama berdiri di Jogjakarta berkembang secara Nasional menjadi “Serikat Islam Afdeling Padvinderij” (SIAP) yang dipimpim oleh Syamsu Ridjal, Mahfud Lauba dan Harsono Tjokroaminoto.
Pada tahun 1926 berdiri organisasi  “National Islamietishe Padvinderij” (NATIPIJ) dibawah organisasi Jong Islamieten Bond (JIB) dan dipimpin oleh Mr. Kasman Singodimejo, Boestami dan Sarkiman. Selain itu juga berdiri organisasi “Al Irsyad” di Surabaya yang dipimpin oleh  A.K. Banarmun sebagai Komisaris besar umum. Di wilayah luar jawa juga berdiri organisasi padvinderij atau kepanduan
 antara lain “Pandu Pemuda Sumatra”, disingkat PPS .
                 Pada tahun 1924 G.J. Ranneft dari negeri Belanda, datang di Indonesia dan mangamati perkembangan  Padvinderij (Kepanduan) di Indonesia sangat pesat, sedangkan anggota NIPV mengalami penurunan. Hal ini ditakutkan pihak Belanda, karena kawatir kalau pergerakan Padvinderij (kepanduan)  di Indonesia menentang kebijakan Belanda di Indonesia. Untuk mencegah hal tersebut maka Belanda berusaha melakukan tekanan  kepada oragnisasi-organisasi Padvinderij  secara halus
G.J. Ranneft diangkat menjadi komisaris  Besar NIPV  dan mengambil langkah-langkah kebijakan diantaranya mendekati organisasi-organisari Padvinderij (Kepanduan) nasional Indonesia untuk masuk dalam NIPV. Pada tahun 1926 Ranneft menyelenggarakan perkemahan Regu di Dago Bandung untuk meningkatkan mutu Padvinderij (Kepanduan)  bagi para anggotanya.
         Pada tanggal 3 April  1926 Ranneft sebagai Komisaris Besar NIPV menyelenggarakan konferensi Padvinderij (kepanduan) nasional Indonesia di Rumah H. Dahlan (Hizbul Wathon), Yogyakarta dengan mengundang para  pemimpin padvinderij (Kepanduan) nasional Indonesia. Dalam konferensi tersebut disampaikan suatu konsepsi usaha koordinasi dan kerjasama untuk mempersatukan organisasi-organisasi Padvinderij (Kepanduan) di Indonesia.
                Dalam konferensi tersebut antara organisasi-organisasi Padvinderij (kepanduan ) nasional Indonesia dengan pihak NIPV tidak ada titik temu. Hal ini disebabkan karena perbedaan prinsipal, dimana NIPV berorentasi pada kepentingan Belanda sedangkan organisasi-organisasi Padvinderij (Kepanduan) berorentasi pada kepentingan perjuangan bangsa Indonesia. Selain itu juga organisasi-organisai Padvinderij (Kepanduan) nasional Indonesia tidak setuju
dengan salah satu  “Padvinders belofte” dalam NIPV yang berbunyi “Mijn plicht te doen tegenover God en mijn land”, karena “mijn land”  diartikan pemerintahan yang berkuasa yaitu  Kerajaan Belanda. Karena itu usaha untuk mempersatukan organisasi-organisasi padvinderij (Kepanduan) nasional Indonesia tidak berhasil , yang mengakibatkan NIPV melarang penggunann kata “Padvinder”  atau “Padvinderij” bagi organisasi Indonesia. Maka dari itu H. Agus Salim  dalam kongres SIAP tahun 1928 di Banjarnegara Banyumas istilah ” Padvinder” dan “Padvinderij” di ganti dengan kata “Pandu” dan ” Kepanduan”. Anjuran ini mendapat sambutan baik sekali dalam kalangan kepanduan nasional Indonesia. Dengan demikian lebih jelas adanya perbedaan antara organisasi “Padvinderij” yang berorentasi kepada kepentingan Belanda , dan organisasi “Kepanduan” yang berorentasi dengan pergerakan nasional menuju persatuan  Indonesia dan kemerdekaan bangsa Indonesia yang diinginkan.
Tahun 1927 NIPV  melakukan reorganisasi dimana organisasi putra dan putri yang  semula berlindung dalam satu Kwartir besar NIPV, dipisah menjadi 2 badan yaitu:
1. Organisai Putra yang bernama “Padvinders bond” (PVB) yang dipimpin oleh G.J. Ranneft dengan kwartir besarnya bertempat di Dago, Bandung.
2. Organisasi Putri yang diberi nama “Meisjes Gilde” (MG) dipimpin oleh Mej. AM Siedenburg, dan kwartir besar Malang, Jawa Timur
NIPV membuka kesempatan untuk dibentuk “Speciale Groepen” yang masing-masing mempunyai  “Centraal Bestuur” sendiri dan kemudian berhasil digabung secara federatif pada NIPV, antara lain Katholieke Padvinders Bond, Christelijke Padvinders Vereeniging dan organisasi-organisasi padvinderij golongan Tionghoa yang kemudian bergabung menjadi “Persatuan Kepanduan Tionghwa” (Perketi).
         Sebagian kepanduan nasional yang berlindung di bawah NIPV, sekedar mempelajari teknik pendidikan kepanduan di NIPV. Organisasi yang berlindung dibawah NIPV antara lain Pandu Indonesia (PI), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO) dan Pandu Kesultanan. Walaupun demikian pandu-pandunya tetap berjiwa nasional ikut menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Sejumlah besar Pandu-Pandu Indonesia tetap di luar NIPV, berdiri sendiri dengan cita-cita nasionalnya. Pada tanggal 19-30 juni 1928, NIPV mengadakan kursusu Gilwell I di Dago, Bandung dengan mengikutsertakan beberapa pemimpin kepanduan nasional Indonesia.
3. Badan federasi kepanduan nasional Indonesia.
                                Pada tanggal 23 Mei 1928 masing-masing dari perwakilan pandu-pandu nasional Indonesia mengadakan pertemuan di Jakarta yang menghasilkan beberapa kesepakatan membentuk federasi yang bernama ” Persaudaraan Antara Pandu-Pandu Indonesia” (PAPI)Yang masuk menjadi anggota diantaranya Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP NATIPIJ dan PPS, sedangkan HW belum memberikan
jawaban karena pada saat pertemuan pihak dari HW  berhalangan hadir. Maksud dari badan federasi ini yaitu akan membentuk suatu badan ikatan antara pengurus-pengurus besar kepanduan nasional Indonesia, dengan tujuan mempertinggi derajat dan mutu kepanduan nasional Indonesia, serta memperkuat hubungan antara satu dengan lain anggota.
       Di Yogyakarta, Surakarta, Semarang terdapat lebih dari satu organisasi kepanduan nasional seperti “Badan Persatuan Kepanduan Surakarta” di Solo, “Badan Persaudaraan Kepanduan Mataram”  di Yogjakarta dan sebagainya dengan maksud dan tujuan yang sama seperti di pusat. Semangat persatuan yang memuncak di kalangan kepanduan nasional Indonesia pada hakekatnya mulai timbul setelah kongres  pemuda Indonesia pertama yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 30 April sampai 2 mei 1926 dibawah pimpinan Muhammad Tabrani, seorang tokoh JJP, yang tujuan aslinya berbunyi “ Menggugah semangat kerjasama diantara bermacam-macam organisasi pemuda di Tanah Air, supaya dapat mewujudkan dasar pokok untuk lahirnya persatuan Indonesia, di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia”
4. Munculnya kepanduan Putri
                Kepanduan nasional Indonesia tidak hanya disediakan sebagai tempat pendidikan kepanduan bagi putra saja, tetapi juga bagi putri. Sejak berdirinya JJP pada tahun 1922, pihak putri tidak mau ketinggalan dan ikut serta memajukan kepanduan nasional Indonesia. Sebagai perintis dalam mengambangkan gerakan kepanduan putri, seperti ibu Soetji Soemarni (Ny.Mohani Prasetiowinoto),Ibu Soerjandari (Ny. Dr. Santo), Umi, Titiek Darsono, Siti Rachmah, Mugarumah dan masih banyak lagi.
5.    Adanya Sumpah Pemuda
Adanya keinginan yang kuat para pemuda Indonesia, mereka semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan. Meskipun tidak jarang mereka ditangkap oleh Belanda bahkan ada juga yang dipenjara, tetapi tidak menyurutkan semangat para pemuda Indonesia untuk patah semangat, bahkan semakin menggelora semangatnya.
                Ada beberapa tokoh pemuda Indonesia yang berjuang untuk membangkitkan para pemuda tanpa menggunakan fisik tetapi dengan karya yang  dimiliki beliau, para pemuda semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan, beliau adalah Wage Rudolf Supratman yang merupakan pencipta Lagu “Indonesia Raya” yang diilhami oleh keputusan/tujuan kongres pemuda Indonesia pertama pada tahun 1926. Di Zaman penjajahan Belanda, lagu Indonesia Raya pernah dilarang, tetapi tetap berkumandang terutama dikalangan pemuda/kepanduan Indonesia. W.R. Supratman dalam menggunakan istilah “Pandu” dengan maksud agar setiap warga Indonesia berjiwa Pandu. Menjadi pelopor dalam perjuangan bangsa Indonesia. W.R. Supratman bukan anggota Kepanduan nasional, tetapi beliau tetap berjiwa pandu. Kemudian  setelah kongres Wanita Indonesia pertama yang diadakan di Jakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928 W.R. Supratman menciptakan lagu “Raden Ajeng Kartini” dan pada bulan september 1930, ia mempersembahkan lagu “KBI” kepada Kepanduan Bangsa Indonesia.
          Pada Tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta para pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Sugondo Djoyopuspito, ketua Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), dalam kongres tersebut W.R. Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya, yang mendapatkan sambutan hangat dari para peserta, dan diterima sebagai lagu kebangsaan/Himne Nasional.
Pada tanggal 28 oktober 1928 di gedung I.C. (Indonesisch Clubgebouw) jalan Kramat No. 106, Jakarta, Kongres pemuda Indonesia kedua mengambil keputusan untuk mencetuskan ikrar pemuda yang sering kita kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”
Bunyi Sumpah Pemuda sebagai Berikut:
-            KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH INDONESIA
-            KAMI PUTRA DAN  PUTRI INDONESIA, BERBANGSA SATU, BANGSA INDONESIA
-            KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN  BAHASA INDONESIA
-            Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk memasuki pintu gerbang persatuan menuju Indonesia Merdeka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDAFTARAN COPA PRAMUKA CHAMPIONS U-12 TH 2023

PETUNJUK PENYELENGGARAAN UPACARA DI DALAM GERAKAN PRAMUKA

PENDAFTARAN COPA PRAMUKA CHAMPIONS 2021